Saturday, 11 April 2015

Mursyid tarekat syattariyah di kesugihan

     Mursyid tarekat syattariyah di kesugihan
Adapun mursid tarekat syattaiyah dikesugihan yang tepatnya dipondok pesantren al-ihya’ulumaddin antara lain:
Pertama KH.badawi hanafi, beliau lahir dikampung brengkelan, purworjo, jawa tengah pada tahun 1885 M. Nasabnya adalah KH. Badawi hanafi bin KH.fadil  bin hasyim as’ari (sengari) bin soyodoyo bin gagak handoko bin mbah bedug (keturunan mataram dan yogya).
Ayah beliau KH.fadil dalah seorang pedagang pakian,dilahirkan dikotapurworjo, jawa tengah + tahun 1847. Beliau berbadadan tinggi besar, berkumis,berjenggot panjang dan bersimbar (dada berambut indah). Mbah KH.fadil khusyu’ dalam beribadah, suka berzikir.walaupun waktu berjualan dipasar,beliau tidak pernah lepas dari tasbihnya.
Beliau sangat ramah tamah kepada siapapun,suka merendahkan diri juga dan juga suka menolong fakir miskin, dansuka memberikan pinjaman kepada pedagang-pedagang kecil dan tidak minta keuntungan sedikitpun dari pinjaman yangdiberikan.dan tidak suka menagih, pinjaman apabila diperlukannya.pekerjaan sehari-harinya adalah berdagang kain, beliau suka berdakwah islamiyah,sehingga sambil berjualan,beliau melaksanakan dakwah.
Mbah KH. Fadil dari purworjo pindah ke kesugihan pada tahun 1910 dan bertempat tinggal di desa salakan, tepatnya di sebelah lapangan sepak bola kesugihan, pada tahu 1914 beliau pindah kedusun palatar sebelah setasiun kesugihan jurusan cilacap. Tanah miliknya disebelah pondok kesugihan I.
Pada tahun 1923, hari selasa manis, tanggal 28 Ramadan terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat, banyak pohon besar yang tumbang, rumah banyak yang roboh, termasuk stasiun kereta api Maos. Atas pertolongan Allah Swt, langgar duwur yang didirikan oleh KH. Fadil tetap tegak termasuk gentingnya tidak  ada yang patah atau jatuh, pada waktu itu langgar duwur sedang ditempati untuk pengajian oleh Kyai Muda Badawi, putra laki-laki kedua dari KH. Fadil. 
Adipati Cilacap pada waktu itu, R. Cakra Wardaya menyempatkan untuk meninjau tempat-tempat yang terkena musibah gempa bumi tersebut. Ia terharu melihat langgar duwur itu tidak roboh, padahal bangunan yang dianggap lebih kuat porak-poranda akibat terjadinya gempa. Ditengah-tengah rasa haru dan keheranan tersebut, Bapak Adipati pada waktu itu mengatakan "Besok ditempat ini akan berdiri Masjid Besar". Dari sinilah langgar duwur mulai terkenal.
Alhamdulillah Allah Swt mengabulkannya. KH. Badawi Hanafi beserta kerabat, santri dan masyarakat pada hari senin wage tahun 1936 berhasil mendirikan sebuah masjid di komplek pondok.
Pada tahun 1927 bulan rajab, hari senin wage jam 14.00, Nyai Fadil (Safiyyah binti KH. Abdul Syukur) wafat; Dan pada tahun 1937, pada bulan rajab juga, tepatnya  hari senin wage jam 06.00 pagi, KH. Fadil dipanggil menghadap Allah Swt.
Adapun nama- nama pondok pesantren yang pernah beliau KH.badawi hanafi  kaji ilmunya antara lain:
-        PP. Wonotulus, Purworejo (Tahun 1891-1894 M)
-        Pondok pesantren jampes kediri,jawa timur
-        Pondok Pesantren Loning, Purworejo (Tahun 1895-1901 M)
-        Pondok Pesantren Bendo, Kediri (Tahun 1901- 1921 M)
-        Pondok Pesantren Lirap, kebumen jawa tengah.
Namun belum lama dan belum lagi puas beliau mengenyam kebahagianya itu, pada tanggal, 7 jumadil akhir 1371 H, bertepatan dengan tanggal, 17 april 1938 M,beliau KH.badawi hanafi dengan tulus dan ikhlas hati berangkat pulang memenuhi panggilan ilahi. 
Kedua, setelah KH. Badawi hanafi wafat, maka tarekat syattariyah diteruskan oleh putranya yaitu KH.mustolih badawi. Beliau dengan ikhlas dan tulus hati meneruskan apa yang sudah bapaknya rintis selama berpuluh-puluh tahun. Tapi pada ahirnya KH.mustolih badawi pada tahun 1999 beliau meninggal dunia.

Ketiga, setelah beliau KH.mustolih badawi meninggal dunia, tarekat syattariyah diteruskan oleh adiknya yang bernama KH.chasbulloh badawi,sampai sekarang.

No comments:

Post a Comment